Wiwitan: Ritus Pertanian Awal Petik Padi Sebelum Panen.

 

https://www.kampungadat.com/2024/07/wiwitan-ritus-pertanian-awal-petik-padi.html
Cok Bakal/ubo rampe dalam prosesi ritus pertanian Wiwitan.


Kehidupan manusia sangat bergantung dengan ketersediaan pangan, dan di Nusantara kebudayaan dalam penyediaan pangan telah diwariskan secara turun temurun. Pengetahuan tradisional dalam merawat lahan dan pengetahuan terhadap jenis bahan pangan beraneka ragam. Dalam tradisi Jawa, kearifan dalam mendapatkan bahan makanan menjadi suatu pengetahuan yang mesti terus ditularkan dan regenerasikan.


Salah satu kearifan pertanian kita yang mengisaratkan rasa Syukur kepada alam, kepada Tuhan sang pemberi kesejahteraan adalah tradisi Wiwitan. Tradisi Wiwitan merupakan awal petani memetik hasil sawah (padi) sebelum panen dilakukan. Dalam proses pemetikan padi, petani mempunyai kearifan tradisi yang telah turun temurun diwariskan. Wiwitan dalam bahasa jawa mempunyai arti awal atau pertama, yang mana sebuah ritual awal petik padi dilakukan dengan diiringi doa Syukur kepada tuhan yang ESA.


Proses Wiwitan dilakukan dengan pertimbangan hari baik, yang mana adalah suatu kearifan dan pengetahuan tradisional yang kini langka. Perhitungan itu ditunjukan pada jumlah tangkai padi yang dipetik dalam prosesi wiwitan (awal/pertama) sebelum panen padi dilakukan. Perhitungan itu disesuaikan dengan jumlah hari pasaran. Semisal panen jatuh pada hari Senin (5) Legi (4) jadi tangkai padi yang dipetik dalam prosesi wiwitan berjumlah sembilan (9) tangkai.


Sebelum prosesi petik tangkai padi, petani dan tukang ujub (modin) melakukan ritual doa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia limpahan rejeki tanaman padi. Sebelum doa dimulai Modin menyiapkan Cok Bakal lengkap.


Cok bakal diletakan di pojok sawah diatas pematang sawah (galengan). Setelah itu doa islam jawa dirapalkan. Di dahului doa keselamatan dengan bahasa arap dan dilanjutkan dengan rapal jawa.


Dalam prosesi wiwitan ini, rapal (jawa) merujuk pada rasa sukur dan terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa. Setelah itu dan dilanjutkan menyebut Mbah Sri Sedono (Dewi Sri) dan Joko Sedono yang dalam mitos jawa sebagai pembawa benih untuk kehidupan di bumi. Doa rapal yang biasanya dipakai oleh masyarakat antaralain sebagai berikut.


"Bismillahirohmanirohim, ngalkamdulillah hirobilalamin, matur nuwun Gusti kang moho agung, kang sampun peparingan katahe rejeki keselamatan pinaringan ing jagat. Matur nuwun Mbah Sri Sedono, Joko Sedono dipun wiwiti metik rejeki saking Allah Ta'ala. Mandelo rejekine dibeto wangsul dipapak aken lumbung selayur. Mugi mugi damel murakapi keluarga kulo. Allahu amin.


Setelah doa dirapal, petani pemilik lahan atau modin memetik tangkai padi sejumlah hari pasaran. Dengan begitu acara panen bisa dilaksanakan. Tangkai padi yang telah dipetik pertama kali dalam prosesi wiwitan seterusnya dibawah pulang oleh pemilik lahan, dan biasanya dipasang atau ditempelkan ditembok rumah.


Hal ini sebagai harapan bahwa nantinya rejeki akan selalu mengalir ke dalam rumah sang pemilik sawah. Juga sebagai simbol atau pepiling (pengingat) karunia rejeki dari Tuhan yang maha Esa. Dengan ditempel dirumah harapannya ketika pemilik sawah melihat untaian padi ditembok akan selalu mengucap sukur kepada Tuhan yang Esa.

#Rituspertanian #Wiwitan #kearifanlokal #tradisipertanian #pemajuankebudayaan #opk #Busu


0 Comments:

Posting Komentar