Keberadaan wilayah tangkapan air dan sumber mata air menjadi satu lokasi yang mana musti terus di lestarikan. Karena dengan keberadaan sumber mata air ini maka kehidupan sebuah kelompok masyarakat akan terus berjalan. meski di era saat ini banyak mata air yang di privatisasi atau bahkan rusak dan hilang karena kecerobohan manusia. Namun, di Busu, desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, kabupaten Malang, beruntung masih mempunyai sumber-sumber mata air yang selama ini di gunakan dan menjadi tumpuan kehidupan masyarakat dusun Busu.
Dusun Busu, yang lokasinya berdekatan dengan hutan sangat di untungkan, karena sumber mata air melimpah, namun begitu. Keberadaan mata air di wilayah dusun Busu dari tahun ke tahun mulai menyusut. Beberapa puluh tahun yang lalu, sungai yang membelah dusun ini melimpah akan air bersih. Saat ini sungai ini hanya mengalir di saat penghujan saja.
Dengan keadaan inilah, banyak pemerhati lingkungan dan adat istiadat di Busu yang beberapa tahun ini mulai bergerak menata dan mencoba reboisasi di titik-titik sumber mata air. Adapun sumber mata air yang selama ini di manfaatkan oleh masyarakat Busu yaitu, sumber Uripi (Ripi), Sumber Kali Pakel, Sumber Leses, Sumber Danyangan, dan Sumber Wedus.
Sumber sumber inilah yang selama ini menjadi tuk mata air bagi masyarakat Busu, namun, ada satu mata air yang saat ini sudah tidak bisa di manfaatkan lagi oleh warga, yaitu sumber wedus, yang mana lokasi keluarnya mata air itu telah di beli oleh warga Asing, dan otomatis prifatisasi mata air terjadi di Sumber Wedus. Patut disayangkan, namun bubus telah menjadi nasi..
Kebutuhan air bersih di dusun Busu, terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan penduduk dusun Busu yang saat ini lebih dari 1000 KK. Oleh karena itulah, dalam menjaga dan merawat sumber mata air di wilayah Busu sangatlah urgen dan penting. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang tidak menyadari pentingnya menjaga ekologi sekitar mata air. Hal ini terbukti di wilayah Sumber Punden, yang mana banyak masyarakat yang menebang bambu di lokasi ini.
Bambu sendiri
adalah tumbuhan yang sangat bagus untuk menyerap dan menampung air, dan
pastinya sebagai media penangkap dan penyimpan air tanah. Beberapa penggiat
lingkungan secara seporadis melakukan reboisasi di wilayah mata air. Walau
terkadang, ponjoannya (tanaman) bibit pohon mati atau sengaja di matika oleh
tangan-tangan tak bertanggung jawab. Untuk itulah perlunya sosialisasi
pentingnya konservasi ekologi mata air, atau sebuah gerakan dalam menjaga
keberlanjutan mata air di wilayah dusun Busu, yang melibatkan semua elemen
masyarakat Busu.
Dengan niatan itulah, para penggiat Adat istiadat dan lingkungan serta relawan Busu, mencoba menginisiasi sebuah kegiatan Budaya adat Istiadat di wilayah Sumber Danyangan. Pemilihan tempat ini bukan karena alasan, salah satunya adalah untuk merawat keberadaan Punden atau Danyangan yang mana menjadi punjer jatidiri masyarakat Busu. Dan kebetulan, Danyangan mempunyai wilayah yang sangat luas yang mana oleh masyarakat di canangkan sebagai Hutan Desa.
Untuk itulah even
Budaya bertajuk Tepung Sedulur Punden Mbok Rondo Kuning’ menjadi satu kegiatan
dalam penguatan dan pemulaan dalam ngopeni Punden serta mata air di lokasi
tersebut, dengan memperkuat kembali norma norma adat istiadat wilayah
danyangan. Kegiatan yang di inisiasi oleh Unmer dan para penggiat Adat Istiadat
Busu ini merupakan awal sebuah konsep berlanjutan yang mana harapannya dengan
di openi dan di rawatnya punden dengan media Budaya adat istiadat ini akan
membawa dampak nyata pada masyarakat busu. Mata air, ekologi terus terjaga,
pemberdayaan ekonomi warga juga akan nyata.
0 Comments:
Posting Komentar