Ini adalah tentang buku yang mungkin bisa mengajak kita untuk berfikir maju dan menjadi kaya. Untuk diketahui saja, buku ini merupakan buku favorit Saya yang pertama di urutan yang kedua. Judul bukunya adalah The Cashflow Quadrant. Bagi yang belum membacanya Saya beri sedikit cuplikan dari buku ini yang menurut saya paling keren isinya, (boso Malang'e mbois ker). Tanpa banyak kata langsung saja di simak.
KAU
INGIN JADI APA KALAU SUDAH BESAR?
Buku ini
merupakan bagian II dari buku saya (penulis bukunya, bukan yang punya blog ini) Rich
Dad Poor Dad. Bagi Anda yang mungkin belum membacanya. Buku itu tentang
berbagai pelajaran berbeda yang diberikan kedua ayah saya dalam hal uang dan
pilihan hidup. Yang satu adalah ayah asli saya dan yang lain adalah ayah
sahabat saya. Yang satu berpendidikan tinggi dan yang lain dropout SMU. Yang satu miskin dan yang lain kaya.
Setiap
kali saya mendapat pertanyaan, “Kau mau jadi apa kalau sudah besar?”
Ayah
saya yang berpendidikan tinggi tapi miskin selalu mengatakan,
“Sekolah, dapat nilai bagus, dan
lalu cari pekerjaan yang aman dan menjamin.”
Ayah
saya yang kaya, tapi tidak berpendidikan, sebaliknya, menawarkan saran yang
sangat berbeda. Ia menganjurkan,
“Sekolah, lulus, bangun usaha, dan
jadilah penanam modal yang berhasil.”
Buku ini
tentang proses mental, emosional, dan pendidikan yang saya jalani dalam
mengikuti saran ayah kaya saya.
UNTUK
SIAPA BUKU INI DITULIS
Buku ini
ditulis untuk orang-orang yang siap berganti kuadran. Buku ini khususnya untuk
para individu yang sekarang berada dalam kategori “E” dan “S”, dan yang berniat
menjadi “B” atau “I”. Buku ini untuk mereka yang siap bergerak maju
meninggalkan keamanan pekerjaan dan mulai meraih keamanan finansial. Ini bukan
jalan hidup yang mudah, tapi imbalan di akhir perjalanan akan setimpal dengan
usaha yang kita curahkan. Ini adalah perjalanan menuju kebebasan finansial.
Ayah Kaya mengisahkan sebuah cerita
sederhana ketika saya berusia 12 tahun, cerita yang membimbing saya menuju
kekayaan besar dan kebebasan finansial. Cerita ini merupakan cara Ayah Kaya
menjelaskan perbedaan antara sisi kiri CASHFLOW
Quadrant, kuadran “E” dan “S”, dengan yang kanan atau kuadran “B” dan “I”.
Inilah kisahnya:
“Zaman dahulu kala ada sebuah desa
kecil yang indah. Tempat itu sangat menyenangkan, sayangnya di sana ada sebuah
masalah. Desa itu tak punya air jika hujan tidak turun. Untuk menuntaskan
masalah itu selamanya, para tetua desa memutuskan menawarkan kontrak bagi
pengiriman air harian ke sana. Dua orang mengajukan diri melakukan tugas itu
dan para tetua memberikan kontrak itu kepada mereka berdua. Mereka merasa bahwa
persaingan akan menekan harga hingga tetap rendah dan menjamin persediaan
cadangan air.
Orang pertama yang mendapat kontrak
itu, Ed, langsung berlari pergi, membeli dua ember baja dan mulai berlari
bolak-balik menyusuri jalan setapak menuju danau yang jaraknya satu setengah
kilometer dari desa. Ia langsung mulai menghasilkan uang saat bekerja keras
dari pagi hingga petang, mengangkut air dari danau dengan kedua embernya, Ia
menuangnya ke dalam tangki penyimpanan terbuat dari beton yang telah dibangun
penduduk desa itu. Setiap pagi ia harus bangun sebelum yang lain supaya bisa
memastikan ada cukup air bagi penduduk desa saat mereka memerlukannya. Ia harus
bekerja keras, tapi ia sangat senang karena bisa menghasilkan uang dan karena
mendapatkan salah satu kontrak eksklusif dalam bisnis penyediaan air itu.
Pemegang kontrak kedua, Bill,
beberapa saat menghilang. Ia tidak terlihat selama berbulan-bulan, yang membuat
Ed sangat bahagia karena ia jadi tidak mempunyai saingan. Ed mendapatkan semua pemasukan.
Bukannya membeli dua ember untuk
bersaing dengan Ed, Bill membuat rencana usaha, mendirikan perusahaan,
mendapatkan empat penanam modal, mengangkat seorang presiden eksekutif untuk
melakukan pekerjaannya, dan kembali enam bulan kemudian dengan kru bangunan.
Dalam waktu satu tahun timnya telah membangun jaringan pipa baja antikarat
bervolume besar yang menyambungkan desa dengan danau.
Pada pesta pembukaan, Bill
mengumumkan bahwa airnya lebih bersih daripada air Ed. Bill tahu ada banyak
keluhan tentang kotoran dalam air Ed. Bill juga mengumumkan bahwa ia bisa
memasok air untuk desa selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Ed hanya bisa
mengantarkan air pada hari kerja... ia
tidak bekerja pada akhir pekan. Lalu Bill mengumumkan bahwa ia akan memberikan
harga 75% lebih murah daripada Ed untuk sumber airnya yang berkualitas lebih
tinggi dan lebih bisa diandalkan. Penduduk desa bersorak sorai dan langsung
berlari ke kran di ujung saluran pipa Bill.
Supaya bisa bersaing, Ed langsung
menurunkan harganya sebanyak 75%, membeli dua ember lagi, menambahkan penutup
pada ember-embernya, dan mulai mengangkut empat ember satu kali jalan. Untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik, ia mempekerjakan kedua anak laki-lakinya
untuk membantunya melakukan giliran kerja malam dan pada akhir pekan. Ketika
mereka pergi bersekolah di perguruan tinggi, ia berkata pada mereka,
‘Cepatlah kembali karena suatu saat
bisnis ini akan menjadi milik kalian.’
Entah kenapa, setelah lulus
perguruan tinggi, kedua putranya tak pernah kembali. Akhirnya Ed mendapat
masalah-masalah kepegawaian. Serikat buruh menuntut kenaikan gaji, peningkatan
tunjangan, dan ingin anggotanya hanya mengangkut satu ember sekali jalan.
Bill, di lain pihak, sadar bahwa
jika desa itu membutuhkan air berarti desa-desa yang lain juga membutuhkannya.
Ia menulis ulang rancangan bisnisnya dan pergi untuk menjual sistem penyaluran
air bersihnya yang berkecepatan tinggi, bervolume besar, dan berbiaya rendah ke
desa-desa di seluruh dunia. Ia hanya mendapat keuntungan satu penny untuk
setiap ember air yang disalurkan, tapi ia mengirimkan miliaran ember air setiap
hari, dan semua uang itu mengalir ke dalam rekening banknya. Bill telah
membangun saluran pipi untuk mengalirkan uang bagi dirinya sendiri selain untuk
menyalurkan air ke desa.
Bill hidup bahagia selamanya, dan Ed
bekerja keras seumur hidupnya dan selalu mempunyai masalah finansial. Tamat.”
Kisah tentang Bill dan Ed itu telah
membimbing saya selama bertahun-tahun. Cerita itu membantu saya pada proses
pengambilan keputusan dalam hidup. Saya sering bertanya kepada diri sendiri,
“Apakah aku membangun saluran pipa
atau mengangkuti ember?”
“Apakah aku bekerja dengan keras
atau bekerja dengan cerdik?”
Dan jawaban untuk semua pertanyaan
itu telah membuat saya bebas secara finansial.
Dan itulah isi buku ini. Buku ini
tentang apa yang diperlukan untuk menjadi “B” dan “I”. Buku ini untuk mereka
yang sudah lelah mengangkuti ember dan siap membangun saluran pipa agar uang
bisa mengalir ke dalam kantong mereka. . .
bukan ke luar kantong mereka.
----------------------------------------
Nah, itu adalah sedikit kutipan cerita dari bagian buku karya Robert Kiyosaki yang menurut saya cukup masuk akal dan mengajarkan berfikir ke depan. Kalo Anda ingin mengerti lebih jauh lagi tentang buku ini silahkan beli dong, gak mahal kok 50ribu masih dapat kembalian. Kalo malas beli ya silahkan datang ke rumah Saya , nanti Saya pinjamkan gratis gak usah mbayar. konco dewe ae lo, mosok katene gak digratisno. oi,.
Semoga kehidupan Anda semua memperoleh keberkahan dan lebih dari cukup. Amiin.
0 Comments:
Posting Komentar