Dusun Busu, Slamparejo – Di balik kesuksesan sebuah usaha, selalu ada cerita perjuangan dan inovasi yang jarang diketahui publik. Begitu pula kisah inspiratif dari Cak Supri, atau yang akrab disapa "Princit", warga Dusun Busu, Desa Slamparejo Kec. Jabung-Malang, yang kini dikenal sebagai salah satu pengepul singkong paling sukses di wilayah Jabung dan sekitarnya.

Cak Supri memulai usahanya dari sekitar tahun 2002, beliau mulai mencoba-coba berdagang singkong dari hasil panen para petani di sekitarnya. Meski skala usaha saat itu masih kecil-kecilan, Cak Supri tak menyerah dan terus belajar dari pengalaman lapangan. Dengan modal kepercayaan dari petani dan ketekunan yang tak pernah surut, usahanya perlahan tumbuh dan berkembang.


Kini, usaha yang diberi nama “Singkong Ketan” ini telah mampu memasok puluhan kwintal singkong ke berbagai pabrik pengolahan. Nama "Singkong Ketan" dipilih karena filosofi dan harapan agar usahanya lengket dan awet seperti ketan—yakni selalu melekat di hati petani dan pelanggan, serta bertahan dalam jangka panjang.

Namun, bukan hanya volume penjualan yang membuat usaha Cak Supri patut diapresiasi. Yang paling menarik adalah pola pikir inovatifnya. Dalam dunia perdagangan, limbah atau produk gagal sering kali dianggap rugi. Tetapi tidak bagi Cak Supri. Singkong-singkong yang tidak layak kirim ke pabrik, yang biasanya dibuang, justru diolah menjadi pakan kambing. Dengan cara ini, tidak ada yang terbuang sia-sia. Bahkan, ia berhasil memanfaatkan limbah menjadi nilai tambah.


“Inovasi kecil ini memang sederhana, tapi berdampak besar. Dari pada mubazir, mending dimanfaatkan untuk ternak. Petani juga jadi terbantu karena semua hasil panennya bisa dimonetisasi,” ujar Cak Supri.

Langkah ini tidak hanya menunjukkan kepekaan lingkungan dan efisiensi usaha, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga sekitar, khususnya dalam hal peternakan kambing.


Cak Supri telah menjadi contoh nyata bahwa kesuksesan bisa diraih dari desa, dengan modal semangat, kerja keras, dan pikiran terbuka. Ia membuktikan bahwa inovasi tidak selalu datang dari teknologi tinggi, tapi bisa juga lahir dari kesederhanaan dan keinginan untuk terus berkembang.

Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang adalah salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi luar biasa di bidang pertanian, UMKM, dan pariwisata berbasis lokal. Terletak di bagian timur laut Kabupaten Malang, Jabung dikenal sebagai daerah yang subur, kaya budaya, dan masyarakatnya hidup rukun serta religius.

https://www.kampungadat.com/2025/07/kecamatan-jabung-kabupaten-malang-jawa-timur-potensi-alam-umkm-dan-budaya-lokal-yang-menarik.html
Peta Kecamatan Jabung 3D

Artikel ini akan mengulas lengkap tentang profil Kecamatan Jabung, mulai dari geografi, potensi unggulan, hingga peluang wisata dan ekonomi lokal yang semakin berkembang.


✅ Profil Singkat Kecamatan Jabung, Malang

Secara administratif, Kecamatan Jabung terdiri dari 12 desa, di antaranya:

  • Jabung
  • Pandansari
  • Taji
  • Kemiri
  • Sidomulyo
  • Slamparejo
  • Argosari
  • Kemantren
  • Gunungjati
  • Sukolilo
  • Sukopuro
  • Ngadirejo

Wilayahnya didominasi oleh dataran tinggi dan sebagian lereng pegunungan, yang menjadikan Jabung sebagai kawasan yang subur dan cocok untuk sektor pertanian dan perkebunan


🌱 Potensi Pertanian dan Komoditas Unggulan

Salah satu kekuatan utama Kecamatan Jabung Malang adalah sektor pertanian. Beberapa komoditas unggulan dari wilayah ini meliputi:

  • Singkong

  • Padi dan jagung

  • Tebu

  • Kopi di wilayah lereng

  • Sayur-sayuran dataran tinggi

Selain itu, Jabung juga dikenal sebagai daerah dengan produk susu kambing dan sapi perah yang mulai dikembangkan melalui koperasi desa.


🛍️ Perkembangan UMKM dan Ekonomi Lokal

Seiring berkembangnya teknologi dan keterbukaan pasar, UMKM di Jabung mulai tumbuh pesat. Beberapa jenis usaha kecil dan menengah yang berkembang antara lain:

  • Produksi olahan singkong dan keripik

  • Toko kelontong dan sembako

  • Usaha ternak kambing dan sapi

  • Kuliner khas desa Jabung

  • Usaha katering dan snack rumahan

Pemerintah desa dan kecamatan terus mendorong digitalisasi UMKM agar mampu menembus pasar luar daerah dan bahkan e-commerce nasional.


🌄 Wisata Jabung Malang: Alam, Edukasi, dan Religi

https://www.kampungadat.com/2025/07/kecamatan-jabung-kabupaten-malang-jawa-timur-potensi-alam-umkm-dan-budaya-lokal-yang-menarik.html
Peta Kecamatan Jabung 2D


Meskipun belum sepopuler destinasi wisata lainnya di Kabupaten Malang, Jabung memiliki daya tarik wisata lokal yang terus dikembangkan, seperti:

  • Gubuk Baca Lereng Mbusu: Ruang edukasi dan wisata literasi di kawasan perbukitan.

  • Wisata Edukasi Pertanian: Belajar bertani dan beternak di desa.

  • Wisata religi: Ziarah makam ulama lokal dan kegiatan keagamaan.

Potensi wisata ini sangat cocok dikembangkan menjadi wisata berbasis masyarakat (community-based tourism) yang ramah lingkungan dan memberdayakan warga.


💡 Harapan Masa Depan Kecamatan Jabung

Dengan sumber daya alam yang melimpah dan masyarakat yang penuh semangat, Kecamatan Jabung berpotensi menjadi:

  • Sentra pertanian dan peternakan organik

  • Kawasan wisata lokal berbasis alam dan budaya

  • Pusat pengembangan UMKM pedesaan di Malang bagian timur

Dukungan infrastruktur, pemasaran digital, dan pelatihan kewirausahaan akan sangat menentukan arah pertumbuhan wilayah ini di masa mendatang.


📌 Kesimpulan

Kecamatan Jabung Kabupaten Malang bukan hanya kawasan agraris, tapi juga wilayah penuh potensi yang siap berkembang. Dengan kekuatan di sektor pertanian, UMKM, dan wisata edukatif, Jabung siap menjadi destinasi unggulan baru di Kabupaten Malang.

Jika Anda mencari desa wisata di Malang, UMKM pedesaan yang berkembang, atau ingin menjajaki peluang investasi di wilayah agraris, Jabung adalah pilihan yang menjanjikan.

Di awal tahun 2000-an, seorang pria sederhana bernama Samsul Arifin asal Dusun Busu Desa Slamparejo, Jabung-Malang, memulai perjalanannya sebagai sopir pengantar tahu ke berbagai pasar tradisional. Selama enam tahun ia setia menjalankan pekerjaannya, menyusuri jalanan dari pagi buta hingga siang demi mengantar produk tahu ke tangan para pedagang. Namun karena jarak dan waktu tempuh yang semakin berat, ia memutuskan untuk berhenti dan mencoba berbagai pekerjaan lain, mulai dari sopir toko besi hingga kuli bangunan.

Namun, dunia tahu seolah sudah melekat dalam hidupnya. Pada awal tahun 2010-an, dengan tekad dan semangat pantang menyerah, ia kembali ke industri tahu bersama sang kakak. Bermodalkan niat dan pengalaman masa lalu, ia mulai memproduksi tahu sendiri — dari hanya 1 kwintal kedelai per hari, kini usahanya mampu mengolah hingga 5 kwintal setiap harinya.

Tak hanya itu, ketika momen-momen besar seperti Maulid Nabi atau Hari Raya tiba, kapasitas produksi bisa melonjak hingga dua kali lipat!

Saat ini, pabrik tahu yang ia rintis telah berkembang pesat. Setiap hari, ia mengirimkan 25–30 box tahu ke Pasar Nongkojajar sejak pukul 3 pagi hingga 6 pagi. Tak hanya itu, pengiriman juga menjangkau berbagai pasar di Kota Malang seperti Pasar Blimbing, Kebalen, dan Tawangmangu dengan jumlah sekitar 20–25 box per hari.


Selain mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal, usaha tahu ini juga memberikan dampak sosial yang positif. Setiap harinya, usaha ini membuka lapangan pekerjaan bagi 4 hingga 5 orang, membantu roda perekonomian warga sekitar terus berputar.

Kisah ini menjadi bukti bahwa dengan niat, kerja keras, dan keyakinan, siapa pun bisa bangkit dan membangun usahanya sendiri — bahkan dari nol. Sebuah inspirasi nyata dari Temas, Batu, untuk Indonesia.


Di pelosok Dusun Busu, Desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, hiduplah seorang peternak yang memulai segalanya dari nol. Namanya kang Erik, seorang yang dulunya bekerja sebagai buruh dolok kayu, namun kini dikenal sebagai salah satu peternak kambing yang berkembang dan mandiri.


Tahun 2000: Awal yang Tak Direncanakan

Perjalanan kang Erik di dunia peternakan dimulai pada tahun 2000, bukan karena cita-cita, tapi karena keinginan menambah penghasilan. Ia memelihara beberapa ekor kambing Jawa Randu dan kambing pedaging, sambil tetap bekerja sebagai tukang kayu. Dengan modal kecil, Erik merawat 5 induk dan 3 pejantan di kandang sederhana di samping rumahnya.

Tanpa rencana besar, kambing-kambing itu terus berkembang. Dalam beberapa tahun, jumlahnya mencapai 27 ekor. Kandang pun tak lagi muat, dan kang Erik mulai berpikir lebih serius untuk memperluas skala usahanya.

2017: Kandang Baru dan Kambing Unggul

Tahun 2017, kang Erik membangun kandang yang lebih representatif dan mulai mencoba jenis-jenis kambing baru seperti:

  • Etawa Cross
  • Border
  • Safera
  • Senduro

Perlahan, kang Erik memperluas jenis ternaknya, baik untuk kebutuhan qurban, pembibitan, maupun kontes lokal.

Tanpa Rencana Jual-Beli, Tapi Rezeki Mengalir

Awalnya, jual-beli kambing bukan rencana utama. kang Erik sendiri mengaku tak pernah merencanakan jadi blantek (makelar hewan ternak). Namun, karena banyak teman-temannya yang datang langsung ke kandang untuk membeli, akhirnya ia pun terpikir: “Kenapa tidak sekalian terjun ke dunia perblantekan?”


Dengan modal nekat, pengalaman, dan keberanian, kang Erik mulai menekuni jual beli kambing secara terbuka. Ia tidak hanya beternak, tapi juga membantu menyediakan kambing untuk acara hajatan, aqiqah, dan qurban.

Breeding dan Pelayanan Hajatan

Kini, kang Erik lebih fokus pada breeding — terutama jenis Etawa Cross dan kambing hias. Tak hanya itu, ia juga menyediakan layanan kambing untuk acara hajatan seperti aqiqah, serta menyediakan bibitan kambing untuk pemula yang ingin belajar beternak bersama.

kang Erik membuka diri untuk berbagi ilmu, karena menurutnya, “kalau kita sukses sendirian, ya biasa. Tapi kalau sukses bareng, itu luar biasa.”

Peternakan sebagai Tabungan dan Ladang Rezeki

Bagi kang Erik, beternak kambing kini bukan sekadar pekerjaan. Ini adalah bentuk investasi masa depan. Sambil menabung untuk keperluan keluarga, usaha peternakan ini telah menjadi ladang rezeki yang halal dan berkah. Ia bersyukur karena usaha kecil yang dulu dimulai tanpa rencana besar, kini mampu membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga, dan bahkan menginspirasi pemuda lain di Dusun Busu.


Penutup: Dari Kampung, Untuk Masa Depan

Kisah kang Erik adalah bukti bahwa kesuksesan bisa dimulai dari kandang sederhana, asalkan ada ketekunan, kejujuran, dan keberanian untuk belajar. Dari Dusun Busu, kang Erik telah membuktikan bahwa peternakan rakyat bisa tumbuh menjadi usaha yang mandiri, bermanfaat, dan menginspirasi.

Malang, Jawa Timur — Di tengah geliat ekonomi kerakyatan yang semakin berkembang, hadir sebuah koperasi yang tak hanya menjadi tumpuan ekonomi lokal, tetapi juga inspirasi nasional. Koperasi Agro Niaga Jabung atau KAN Jabung Syariah Jawa Timur, yang berlokasi di Jl. Suropati No. 4-6, Desa Kemantren, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, telah menorehkan prestasi membanggakan sebagai Koperasi Produsen Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional.

ini hanya ilustrasi (SUPERKAN)

Dengan jumlah anggota aktif mencapai lebih dari 2.400 orang, KAN Jabung tidak hanya menjadi lembaga ekonomi, tapi juga wadah pemberdayaan masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang turut aktif di dalamnya adalah warga Dusun Busu, Desa Slamparejo. Banyak dari mereka yang kini merasakan manfaat langsung dari koperasi ini, baik sebagai produsen, peternak, pengrajin, maupun pelaku usaha UMKM.

Hijrah Ekonomi Bersama KAN Jabung

Sejak tahun 2020, KAN Jabung tampil dengan wajah baru dan semangat hijrah ekonomi. Melalui sistem syariah, koperasi ini hadir untuk membimbing anggotanya agar tumbuh bersama secara ekonomi yang lebih berkah dan adil. Dengan prinsip transparansi, keadilan, dan partisipasi aktif anggota, KAN Jabung mampu menggerakkan roda perekonomian berbasis komunitas.

Dusun Busu yang dulunya lebih dikenal sebagai daerah agraris biasa, kini menjadi bagian dari ekosistem koperasi modern. Para peternak sapi perah, pengusaha hasil tani, hingga pelaku industri rumahan dari dusun ini kini ikut merasakan dampak positif dari bergabung di KAN Jabung.

Fasilitas dan Program Unggulan

KAN Jabung Syariah tidak hanya menawarkan simpan pinjam. Lebih dari itu, koperasi ini memiliki berbagai unit usaha produktif yang saling menopang:

  • Unit Pengolahan Susu dan Hasil Ternak

  • Toko Pertanian dan Peternakan

  • Pembiayaan Syariah tanpa riba

  • Pelatihan Wirausaha & Pemberdayaan Anggota

  • Pemasaran Produk Anggota ke Pasar Nasional

Dengan fasilitas ini, anggota dari Dusun Busu tidak hanya mendapat akses pembiayaan, tetapi juga pelatihan manajemen usaha dan peluang memperluas pasar. Hal ini sejalan dengan visi koperasi untuk menjadi “Koperasi Berbasis Syariah yang Profesional dan Mandiri.”

Mewujudkan Mimpi Bersama

KAN Jabung percaya bahwa semua orang boleh bermimpi, dan koperasi inilah tempat yang tepat untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Dari Dusun Busu hingga pelosok Jabung, koperasi ini telah menjadi rumah besar yang menumbuhkan harapan. Di tengah tantangan ekonomi global, KAN Jabung menunjukkan bahwa ekonomi lokal berbasis komunitas dan syariah bisa menjadi solusi yang nyata dan berkelanjutan.


Kesimpulan:
KAN Jabung Syariah Jawa Timur bukan sekadar koperasi, tapi gerakan ekonomi yang menyatukan mimpi dan perjuangan anggotanya, termasuk warga Dusun Busu. Dengan semangat kebersamaan dan prinsip syariah, koperasi ini terus melangkah untuk mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat dari desa untuk Indonesia.